Dua Metode Unggulan Myopia Control Care, Saat ini myopia atau mata minus menjadi epidemik atau wabah di dunia. Terbukti, myopia menyerang 30 % dari populasi dunia, dan diprediksi bakal tetap meningkat menjadi 50% terhadap 2050 mendatang.
Myopia punyai pengaruh besar terhadap mutu hidup seseorang. Contohnya dalam olahraga, menari, berlari, dan tentunya terhadap kesibukan sehari-hari lainnya.
Lantaran myopia umumnya terjadi sejak kecil, maka sasaran terapi myopia kudu diberikan sejak sedini mungkin. Karena orang dewasa yang menderita myopia, tentunya di awali dari umur anak-anak.
Terapi dalam mengontrol myopia umumnya terbagi menjadi dua metode. Yaitu terapi obat tetes atau low dose atropine dan terhitung terapi manfaatkan lensa kontak atau Orthokeratology, yang terhitung biasa disingkat Ortho-K.
Atropine
Metode ini telah tersedia lama di dunia medis, namun dahulu dosisnya masih besar. Sehingga pengaruh samping yang didapat terhitung cukup banyak, layaknya silau dan buram untuk lihat dekat. Namun, lantaran tambah maraknya penderita myopia ini, maka atropine dikembangkan bersama dosis yang lebih kecil.
Atropine bekerja sebagai agen anticholinegic, bersama mengekspresikan gene khusus, serta pemisahan sel di sclera untuk menghambat pemanjangan bola mata dan menghambat myopia.
Atropine bersama dosis kecil sangat efektif menghambat agresivitas myopia secara signifikan.
“Jadi walaupun dosisnya kecil namun selamanya optimal, dan tentunya tidak tersedia ulang pengaruh samping yang dialami pasien myopia. Sehingga sangat mudah dan aman diberikan untuk anak-anak,” ujar Dr. Damara Andalia, SpM selaku Wakil Ketua JEC Myopia Control Care dalam sarana launch: The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia.
Atropine mampu diberikan untuk anak minus 1, apalagi terhadap anak pre myopia atau low myopia. Kita tahu myopia merupakan segi genetik, menjadi mampu diberikan atropine kepada sang anak, meski mereka belum mengalami myopia.
Caranya kerjanya mudah, hanya diteteskan hanya satu kali tiap-tiap malam. Keesokan harinya atau sehari-hari selamanya mampu manfaatkan kacamata kala beraktivitas.
“Terapi atropine ini sebaiknya diberikan sepanjang dua th. dan bakal dinilai tiap-tiap enam bulan, bagaimana respons pasien terhadap atropine ini. Nanti dokter mata yang bakal menilai apakah terapi ini dilanjutkan atau diberhentikan,” terang dr. Damara.
Dr. Damara Andalia, SpM selaku Wakil Ketua JEC Myopia Control Care dalam sarana launch “The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia” yang terjadi secara daring. (Foto: Dok JEC)
Ortho-K
Peneliti di seluruh dunia berlomba-lomba menghidupkan alat untuk mengendalikan myopia. Ortho-K ini adalah terapi manfaatkan lensa kontak. Namun berbeda bersama lensa kontak biasanya, Ortho-K digunakan kala tidur Orthokeratology .
Alat ini punyai pori-pori yang besar dan mudah ditembus oleh oksigen. Jadi sebetulnya digunakan untuk tidur dan sangat aman. Bentuk dari Ortho-K ini terhitung elastis.
Ortho-K diciptakan dalam upaya melepaskan ketergantungan kacamata tanpa kudu sang pasien laksanakan operasi. Sifatnya sementara, dalam artian kapan pun pasiennya dambakan berhenti manfaatkan Ortho-K maka korneanya ulang ke bentuk semula.
“Ortho-K didesain tertentu untuk membentuk permukaan depan kornea ketika penggunanya tidur. Misalnya targetnya dambakan 0, maka mampu dikonsultasikan pasien selanjutnya ke dokter, dambakan menargetkan berapa yang mau kita hilangkan minusnya,” terang dr. Damara.
“Keesokan harinya kala melepaskan Ortho-K, pasien bakal meraih penglihatan tahu tanpa alat bantu apa pun,” sambungnya.
Ortho-K mampu dimaksudkan untuk low to medium myopia. Low myopia maksudnya, ketika orang tua punyai myopia minus 8, maka diduga sang anak bakal menularkan bersama minus sebesar itu, apalagi lebih. Jadi indikasi-indikasi layaknya itu mampu langsung diberikan kepada anak.
Kemudian pasien anak-anak atau orang dewasa yang belum mampu di-Lasik (operasi mata laser), takut di-Lasik, atau bukan kandidat baik untuk laksanakan Lasik. Ortho-K terhitung menjadi opsi bagi pasien-pasien layaknya yang punyai alergi, atlet, model, pilot, atau pasien yang bekerja di tempat berdebu.
Tujuan utama Ortho-K adalah menghambat progresivitas myopia, menghambat supaya minus pasien tidak meningkat cepat. Kemudian untuk mengontrol atau mengoreksi duane retraction, baik minus, plus, atau silinder.
“Ortho-K mampu mengkoreksi sampai -6 diopters, dan terhitung minus 2.75 dioptres dalam silinder,” ujar dr. Damara.
Ortho-K mampu dimisalkan layaknya kawat gigi, di mana bermanfaat untuk membentuk dan meratakan gigi. Tapi bedanya, kalau kawat gigi bakal menetap dalam jangka kala yang lama.
“Namun kalau Ortho-K ini sebab bentuknya elastis, kalau berhenti penggunaannya, kornea bakal ulang ke bentuk awal mulanya dan tidak nyeri,” pungkas dr. Damara.